Sejarah Warnet di indonesia |
Warung Internet adalah sebuah kata yang berkembang di antara para aktivis Internet Indonesia pada tahun 1997-1998 untuk sebuah kios yang memiliki banyak komputer untuk disewakan bagi pengakses Internet. Pada masa itu, secara tidak sadar terjadi perebutan singkatan dari Warung Internet antara WARIN dan WARNET. Seharusnya jika kita konsisten dengan proses menyingkat kata, seperti WARTEG (Warung Tegal) dan WARTEL (Warung Telekomunikasi), maka yang seharusnya dipilih adalah WARIN.
Karena Internet, .NET, menjadi akhiran yang sangat menarik dalam jaringan Internet, maka kebanyakan rekan di masa itu lebih memilih istilah WARNET daripada WARIN. Oleh karena itu tidak heran hingga saat ini WARNET diadopsi oleh masyarakat Indonesia.
Ketua Asosiasi Warnet pertama adalah rekan Rudi Rusdiah, Bendahara rekan Adlinsyah dan Sekretaris Abdullah Koro. Tampaknya aktivitas ketua AWARI waktu itu dirasakan tidak terlalu transparan kepada teman-teman WARNET. Di akhir 2001, dilakukan pertemuan rekan-rekan aktivis WARNET yang berakhir dengan digantinya pengurus lama dengan presidium AWARI yang dipimpin oleh Judith M.S., Michael Sunggiardi, dan Abdullah Koro. Rudi Rusdiah bersama Abdullah Koro, Dr Naswil Idris, Hani Sumakul dan Adlinsyah mendirikan Asosiasi baru Warnet dengan nama APWKomitel (Asosiasi Pengusaha Warnet Komunitas Telematika) atau singkatnya APW yang lebih fokus pada pengusaha dan bisnis warnet, sedangkan AWARI lebih bersifat umum dan komunitas warnet. APW mengikuti kegiatan Telecenter di World Summit on Information Society (WSIS) Tunisia November 2003 dan mengisi paviliun Connect The World. Sebuah dokumen diterbitkan oleh ITU mengenai Intenet dan khususnya Internet di Indonesia judul “Kretek Internet: Indonesian Case Study” dan Warnet juga tampil disebuah buku diterbitkan oleh UN ICT Task Force judul Connected for development: information kiosks and sustainability, Volume 198, by Akhtar Badshah, Mario Garrido tahun 2005